Pers Birama (30/09/2024) — Kemajuan teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan atau yang sering disebut Artificial Intelligence (AI), semakin pesat, termasuk pendidikan. AI telah membawa transformasi besar dalam cara kita belajar dan mengajar, mulai dari sistem pembelajaran daring, aplikasi pendidikan adaptif, hingga tutor virtual. Penggunaan AI dalam pendidikan bukan lagi hal yang baru. Banyak institusi dan sekolah telah mulai memanfaatkan AI untuk berbagai keperluan, dari mempermudah pengelolaan administrasi hingga membantu siswa belajar secara lebih efektif. Teknologi kecerdasan buatan (AI) terus dikembangkan oleh para ahli sehingga dapat berkembang pesat. H. A. Simon mengklaim bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah bidang yang memungkinkan komputer melakukan tugas-tugas yang lebih unggul dari manusia. Knight dan Rich setuju dengan Simon bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah cabang ilmu komputer yang memandang upaya membangun komputer sebagai sesuatu yang dapat dilakukan manusia, bahkan lebih baik dari itu.
Beberapa platform e-learning kini menggunakan AI sebagai tutor virtual yang siap membantu siswa 24 jam sehari. Tutor ini mampu menjelaskan materi, menjawab pertanyaan, bahkan memberikan contoh latihan untuk memperkuat pemahaman siswa. Contoh dari teknologi ini adalah chatbot atau asisten digital yang semakin pintar. Meskipun AI menawarkan banyak kemajuan, ada sejumlah alasan mengapa teknologi ini belum bisa sepenuhnya menggantikan peran guru dalam pendidikan. Pengajaran bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga soal membangun hubungan emosional dengan siswa. Guru dapat memahami perasaan, motivasi, dan tantangan pribadi siswa yang mungkin memengaruhi proses belajar mereka. Meskipun canggih, AI belum sepenuhnya mampu merasakan atau merespons emosi manusia secara alami.
Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa. Melalui interaksi langsung, guru dapat menjadi panutan yang membimbing siswa dalam aspek-aspek kehidupan yang lebih luas. Pendidikan nilai dan etika adalah hal yang sulit, dan hampir mustahil untuk sepenuhnya di otomatisasi oleh AI. Meski AI sangat baik dalam hal memproses data dan memberikan solusi yang logis, tetapi guru memiliki kemampuan yang lebih fleksibel dalam hal kreativitas dan inovasi. Mereka bisa merancang metode pengajaran yang lebih dinamis, mengimprovisasi ketika situasi membutuhkan, dan merespons kebutuhan kelas secara spontan. Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar pengetahuan akademis, tetapi juga untuk belajar bersosialisasi dan bekerja sama. Interaksi antar siswa, serta antara siswa dan guru, adalah bagian penting dari proses pendidikan yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Guru sering menjadi mediator dan pembimbing dalam situasi sosial di kelas, sebuah peran yang sangat sulit dilakukan oleh AI. Dari pada menggantikan peran guru, AI lebih cocok dilihat sebagai alat yang membantu memperkaya pengalaman belajar siswa dan meringankan beban kerja guru. Teknologi ini dapat mengambil alih tugas-tugas yang berulang dan administratif, sementara guru bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti membangun interaksi yang lebih personal dengan siswa dan merancang strategi pengajaran yang kreatif.
Namun, dengan mengkolaborasi antara guru dan teknologi AI dapat menjadi kombinasi yang sangat kuat. AI bisa mendukung guru dalam memberikan pendidikan yang lebih personal dan efektif, sementara guru tetap memegang peran penting dalam membangun interaksi manusiawi yang mendalam dan mendidik nilai-nilai moral serta sosial. Oleh karena itu, masa depan pendidikan bukanlah soal memilih antara AI atau guru, tetapi bagaimana keduanya dapat bekerja sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.



Penulis: Tria
Dokumentasi: Google
Redaktur: Alfrina Diany