Pers Birama (4/3/2025) – Dilansir dari CNN, enam pejabat Pertamina dan tiga pihak swasta diduga terlibat dalam kasus korupsi terkait pengelolaan minyak. Pada hari Senin (24/2), Kejaksaan Agung mengungkapkan bahwa Pertamina mengimpor bensin RON 90 (Pertalite) lalu mencampurnya menjadi RON 92 (Pertamax).
Dikutip dari Tempo, praktik blending ini menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan kredibilitas perusahaan pelat merah tersebut, serta dampaknya terhadap konsumen.
Pencampuran BBM tidak hanya memengaruhi harga, tetapi juga kualitas bahan bakar dan performa kendaraan. Sejumlah mahasiswa menilai bahwa praktik ini berisiko merugikan konsumen yang mengandalkan BBM berkualitas baik untuk menjaga performa mesin kendaraannya.
Risa, mahasiswi Bahasa Inggris di Universitas Widyatama, menyoroti dampak perubahan oktan terhadap performa kendaraan. “Koreksi aku kalau salah ya. Dari yang aku baca, kalau oktan BBM lebih rendah dari rekomendasi mesin, pembakarannya jadi nggak sempurna. Akibatnya, tarikan mesin lebih berat, tenaganya berkurang, dan malah lebih boros. Padahal, kan, kita beli Pertamax biar lebih hemat dan kencang,” ujarnya.
Senada dengan itu, Naila, mahasiswi Sastra Inggris di Universitas Komputer Indonesia, berpendapat bahwa memilih BBM berkualitas dapat memperpanjang usia kendaraan dan meningkatkan kenyamanan berkendara.
“Aku sih lebih milih yang kualitasnya bagus, soalnya buat kenyamanan diri sendiri dan motor. Selama motornya baik-baik saja, pasti umurnya juga lebih panjang,” katanya.
Namun, ia juga mengaku bahwa penggunaan Pertamax belakangan ini terasa lebih boros. “Akhir-akhir ini aku merasa ngisi Pertamax jadi lebih cepat habis,” ujarnya. Ia mempertanyakan transparansi dan kredibilitas PT. Pertamina terkait perubahan komposisi BBM yang memengaruhi efisiensi kendaraan.
“Awalnya, PT Pertamina bilang mereka hanya mencampur senyawa kimia untuk menghasilkan spesifikasi minyak tertentu dan katanya itu legal, tetapi tetap aja itu bukan murni Pertamax. Jadi, orang-orang yang ingin kualitas mesin motornya tetap bagus malah terganggu karena ada oplosan,” tambahnya.
Kasus ini bukan hanya masalah hukum dan politik, tetapi juga menyangkut kepercayaan publik, terutama para pengguna kendaraan pribadi.






Penulis : Naia Shakhila
Sumber : Tempo, Narasi, Kompas, CNN.
Sumber foto : kompas.com, metro.tv, Ntvnews.id, ayobandung.com, antaranews.com, CNN, inilah.com, pinterest, tempo, idisnews.com
Redaktur : Asyifa Putri Raseni